BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kimia
sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai
ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika,
dan geologi.
Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep
dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik
melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi
pada tingkat atom
dan molekul.
Kimia
tradisional juga menangani analisis
zat kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.Zat
cenderung diklasifikasikan berdasarkan energi, fase, atau komposisi kimianya.
Materi dapat digolongkan dalam 4 fase, urutan dari yang memiliki energi paling
rendah adalah padat, cair, gas,
dan plasma.
Dari keempat jenis fase ini, fase plasma hanya dapat ditemui di luar angkasa
yang berupa bintang,
karena kebutuhan energinya yang teramat besar. Zat padat memiliki struktur
tetap pada suhu
kamar yang dapat melawan gravitasi
atau gaya lemah lain yang mencoba merubahnya. Zat cair
memiliki ikatan
yang terbatas, tanpa struktur, dan akan mengalir bersama gravitasi. Gas
tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai partikel bebas. Sementara itu,
plasma hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas; pasokan energi yang
berlebih mencegah ion-ion ini bersatu menjadi partikel unsur. Satu cara untuk
membedakan ketiga fase pertama adalah dengan volume dan bentuknya: kasarnya,
zat padat memeliki volume dan bentuk yang tetap, zat cair memiliki volume tetap
tapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki baik volume ataupun
bentuk yang tetap.
Ilmuwan
yang mempelajari kimia sering disebut kimiawan.
Sebagian besar kimiawan melakukan spesialisasi dalam satu atau lebih
subdisiplin. Kimia yang diajarkan pada sekolah menengah sering disebut
"kimia umum" dan ditujukan sebagai pengantar terhadap banyak
konsep-konsep dasar dan untuk memberikan pelajar alat untuk melanjutkan ke
subjek lanjutannya.
Banyak
konsep yang dipresentasikan pada tingkat ini sering dianggap tak lengkap dan
tidak akurat secara teknis.
Walaupun
demikian, hal tersebut merupakan alat yang luar biasa.
Kimiawan secara reguler menggunakan alat dan penjelasan yang sederhana dan
elegan ini dalam karya mereka, karena terbukti mampu secara akurat membuat
model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.Ilmu kimia secara sejarah
merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia
yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian ilmu Kimia?
2.
Apa bahan kimia yang ada di rumah?
3.
Apa Zat
Aditif dalam Bahan Makanan?
4.
Apa
Zat Adiktif dan Psikotropika?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Menjelaskan
pengertian ilmu kimia
2.
Mengetahui
bahan kimia yang ada di rumah
3.
Mengetahui
Zat Aditif dalam Bahan Makanan
4.
Menjelaskan
Zat Adiktif dan Psikotropika
D.
Metode Pengumpulan
Data
Dalam pembuatan
makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah diperoleh dari buku panduan dan situs web
internet yang membahas “kimia dalam kehidupan sehari-hari”
BAB II
ISI
A.
Pengertian
Ilmu Kimia
Kimia berasal dari bahasa Arab كيمياء “Seni
transformasi” dan bahasa Yunani Khemeia “Alkimia” adalah ilmu yang mempelajari
mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul
serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi
yang ditemukan sehari- hari.
Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom
individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat
makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan
oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya
antara atom.
Kimia sering disebut sebagai “ilmu pusat” karena menghubungkan
berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi,
farmasi, kedokteran, bioinformatika dan geologi. Koneksi ini timbul melalui
berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin
ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika
terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Ilmu kimia membahas semua materi tentang :
1. Susunannya dan strukturnya
2. Sifat
3. Perubahannya
4. Energi yang menyertai perubahannya
Misalkan kita membahas “air”. Maka secara sederhana yang
dipelajari oleh ilmu kimia tentang air adalah mengenai :
1.
Bagaimana
atom-atom hidrogen dan oksigen tersusun dalam sebuah molekul air dengan
membentuk struktur molekul.
2.
Bagaimana
sifat- sifat air dihubungkan dengan susunan dan struktur tadi.
3.
Perubahan apa yang terjadi pada air (erat
kaitannya dengan reaksi kimia)
4.
Seberapa
besar energi yang dihasilkan atau diserap pada perubahan tersebut.
B. Kimia Dalam Kehidupan Sehari-Hari Secara
Umum
Sejalan dengan
dengan kemajuan industri dan tegnologi, kebutuhan manusia akan sarana yang
memadai makin bertambah. Salah satu sarana itu ialah bahan kimia,baik berupa
unsur, senyawa ataupum campuran. Kebayakan dari unsur tersebut terdapat sebagai
persenyawaan. Hanya unsur-unsur yang kurang reaktif saja yang belum ditemukan
dalam keadaan bebas. Tetapi, berkat kemajuan iptek telah dapat
membebaskan unsur-unsur dari persenyawaan yang meliputi unsur logam dan non logam.selain itu berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui
manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk
kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita
gunakan atau kita lihat sehari-hari.
C.
Bahan
Kimia yang Ada di Rumah
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari
kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih
zat lainnya.campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya.
Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau
efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat
bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan
kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan
dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di
antaranya adalah: 1. pembersih; 2. pemutih pakaian; 3. pewangi; 4. pestisida;
5. zat aditif makanan; 6. zat adiktif; dan 7. zat psikotropika.
1.
Bahan Kimia
Pembersih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan
kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen, Sabun dan detergen dapat
menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air
menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis
ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam
air dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam
minyak atau lemak. Jika dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat
kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran
lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan
mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan
saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak
atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan
tetap berada dalam larutan. Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih,
bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap
lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika
detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia
atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena
itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh
pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah: a. rusaknya
keindahan lingkungan perairan; b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup
di air; dan c. merugikan kesehatan manusia.
a. Pemutih Pakaian
Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan
digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan
dengan hanya menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di
pasaran biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%.
Selain digunakan sebagai pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk
desinfektan (membasmi kuman).
Pada umumnya, bahan
pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya
sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan
zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian
pemutih ini harus sesuai petunjuk.
b. Pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya
dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari
bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya
diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga
kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai
dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang menimbulkan
aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain,
seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang
berbentuk padat. Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya
yang sengaja ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat
tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat
berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan.
Propelan tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas
akan merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi
manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk
itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai
mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
c. Pestisida
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan
para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak
mengganggu hasil produksi pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat
(zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari
serangan serangga, jamur, bakteri, virus, tikus, bekicot, dan nematoda
(cacing).
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat
digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
1)
Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan
untuk memberantas serangga, seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa
jenis insektisida juga dipakai untuk memberantas sejumlah serangga pengganggu
yang ada di rumah, perkantoran, atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap,
dan semut. Contoh insektisida adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil
dimetil fosfat, dan diazinon.
2)
Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai
untuk memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada
pada daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan
jamur. Beberapa contoh fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida,
karbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
3)
Bakterisida, yaitu pestisida untuk
memberantas bakteri atau virus. Pada umumnya, tanaman yang sudah terserang
bakteri sukar untuk disembuhkan. Oleh karena itu, bakterisida biasanya
diberikan kepada tanaman yang masih sehat. Salah satu contoh dari bakterisida
adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
4)
Rodentisida, yaitu pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus.
Rodentisida dipakai dengan cara mencampurkannya dengan makanan kesukaan tikus.
Dalam meletakkan umpan tersebut harus hati-hati, jangan sampai termakan oleh
binatang lain. Contoh dari pestisida jenis ini adalah warangan.
5)
Nematisida, yaitu pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman jenis cacing (nematoda). Hama jenis
cacing biasanya menyerang akar dan umbi tanaman. Oleh karena pestisida jenis
ini dapat merusak tanaman maka pestisida ini harus sudah ditaburkan pada tanah
tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh dari pestisida jenis ini adalah DD,
vapam, dan dazomet.
6)
Herbisida, yaitu pestisida yang
digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti alang-alang,
rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah ammonium sulfonat
dan pentaklorofenol.
Penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak yang
negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan.
Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan. Beberapa
dampak negatif yang dapat timbul akibat penggunaan pestisida, di antaranya:
1)
Terjadinya pengumpulan pestisida
(akumulasi) dalam tubuh manusia karena beberapa jenis pestisida sukar terurai.
Pestisida yang terserap tanaman akan terdistribusi ke dalam akar, batang, daun,
dan buah. Jika tanaman ini dimakan hewan atau manusia maka pestisidanya akan
terakumulasi dalam tubuh sehingga dapat memunculkan berbagai risiko bagi
kesehatan hewan maupun manusia.
2)
Munculnya hama spesies baru yang lebih
tahan terhadap takaran pestisida. Oleh karena itu, diperlukan dosis pemakaian
pestisida yang lebih tinggi atau pestisida lain yang lebih kuat daya basminya.
Jika sudah demikian maka risiko pencemaran akibat pemakaian pestisida akan
semakin besar baik terhadap hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia
sebagai pelakunya. Ternyata, penggunaan pestisida selain memberikan keuntungan
juga dapat memberikan kerugian. Oleh karena itu, penyimpanan dan penggunaan
pestisida apapun jenisnya harus dilakukan secara hati-hati dan sesuai petunjuk.Untuk
mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara menggunakan
pestisida alami atau pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alami. Misalnya, air
rebusan batang dan daun tomat dapat dipakai dalam memberantas ulat dan lalat
hijau. Selain contoh tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat bertindak
sebagai pestisida alami, seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala,
tuba, kunir, dan kucai.
Setiap hari kita memerlukan makanan
untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel
baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga
memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam
tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak
bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya,
tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan
dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan
oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua
jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu
satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap
hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur
sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam
hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat
aditif makanan.
Zat aditif bukan hanya garam dan gula
saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan
ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki
tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga
makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya
Bahan yang tergolong ke dalam zat
aditif makanan harus dapat:
1.
Memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2.
Membuat makanan tampak lebih menarik;
3.
Meningkatkan cita rasa makanan; dan
4.
Membuat makanan menjadi lebih tahan
lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif
tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan
makanan berlangsung,
tetapi juga
termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan.
Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau
sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1.
Zat aditif yang berasal dari sumber
alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2.
Zat aditif sintetik dari bahan kimia
yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia
maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan
fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai
zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk
makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna
pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik
sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa
digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a)
Zat pewarna
alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu,
misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit,
seperti warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna
kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami
terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan
dari bahan-bahan kimia.
b)
Zat pewarna
sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan
pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki
pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja
memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok
dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat
pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat
membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen
(penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika
membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna.
Kamu harus yakin dahulu bahwa zat
pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut
adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat
pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat bewarna
makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran
dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara
zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya
yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai
produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan
minyak.
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a)
Zat pemanis alami
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti
kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari
buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi.
Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami
risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari
makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b)
Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh
tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu,
orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya
mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis
sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium
siklamat, aspartam, dan dulsin.Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang
lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki
kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan
garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan
dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan
karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Misalnya, penggunaan sakarin yang
berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang
terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat
pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina
yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker).
Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem
pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap
layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat
pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang
sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman
tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan
dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan
zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka
waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun.
Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau
supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan
sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa
membahayakan kesehatan. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet
dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
a)
Zat pengawet alami berasal dari alam,
contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan
(manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
b)
Zat pengawet sintetik atau buatan
merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat
dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat
dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam
sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain
zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa
(NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah.
Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman
penyegar juga termasuk zat pengawet. Selain pengawet yang aman untuk
dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk
mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang
biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang
sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti
bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko
kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks.
Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan
mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan
sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri
nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan
keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah
efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a)
Gangguan pada sistem saraf, ginjal,
hati, dan kulit;
b)
Gejala pendarahan di lambung dan
gangguan stimulasi saraf pusat;
c)
Terjadinya komplikasi pada otak dan
hati; dan d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6
gram. Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif
makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai
pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi
pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan
menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat
tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak
kualitas makanan.
4. Zat Penyedap
Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah
yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala,
merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain.
Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong
penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia.
Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat
diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan. Selain zat penyedap
cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan
kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a)
oktil asetat, makanan akan terasa dan
beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b)
etil butirat, akan memberikan rasa dan
aroma seperti buah nanas pada makanan;
c)
amil asetat, akan memberikan rasa dan
aroma seperti buah pisang;
d)
amil valerat, jika makanan diberi zat
penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel. Selain zat
penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula
zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu
penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika
sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap.
Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome”
yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut.
Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir
dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari
untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan
label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya. Pada pembahasan sebelumnya, kamu
sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya
beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja
memiliki lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang
bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa
dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut
tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet.
Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada
makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan. Untuk penggunaan
zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh
dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan
penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau
jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi
kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat
menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jika kita mengidentifikasi zat aditif yang
dipakai dalam makanan/minuman, lihatlah kemasan pada makanan/minuman tersebut.
E.
Zat Adiktif dan psikotropika
Bahan-bahan kimia tidak hanya
menyangkut bahanbahan kimia yang ada di rumah tangga, seperti pemutih,
pembersih, dan zat-zat aditif makanan, tetapi juga zatzat yang dapat
menimbulkan pengaruh negatif atau efek samping bagi kesehatan jika pemakaiannya
disalahgunakan. Bahan kimia dimaksud di sini adalah kelompok zat kimia yang
tergolong ke dalam zat adiktif dan psikotropika.
1.
Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang
pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan
psikologis yang panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah
narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik
sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
a)
Narkotika menurut tujuan penggunaan dan
tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
1)
Golongan I, narkotika hanya digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta memiliki
potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.
2)
Golongan II, narkotika untuk pengobatan
yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi kuat untuk mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
3)
Golongan III, narkotika untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta berpotensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
b)
Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari
golongan kanabionoid. Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda
tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering. Ganja dipakai dalam
bentuk rokok lintingan, campuran tembakau, dan damar ganja. Tanda-tanda
penyalahgunaan ganja, yaitu gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah,
banyak bicara sendiri, pengendalian diri menurun, menguap atau mengantuk,
tetapi susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya.
Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur,
hiperaktif, dan hilangnya nafsu makan. Tandatanda gejala overdosis, yaitu
ketakutan, daya pikir menurun, denyut nadi tidak teratur, napas tidak teratur,
dan mendapat gangguan jiwa.
c)
Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal
juga dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari getah
buah mentah Pavaper sommiverum. Opium mengandung lebih dari dua puluh macam
senyawa. Morfin kali pertama diisolasi dari getah buah pada 1905 oleh Friedrich
Seturner. Pada waktu itu, morfin digunakan oleh para tentara untuk
menghilangkan rasa sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada
penderita kanker. Setelah itu, banyak tentara yang mengalami adiksi (efek ketergantungan).
Pemakaian dosis morfin yang berlebihan dapat menyebabkan kematian. Heroin
merupakan senyawa turunan (hasil sintesis) dari morfin yang dikenal dengan
sebutan putau. Kodein merupakan senyawa turunan dari morfin, tetapi memiliki
kemampuan menghilangkan nyeri lebih lemah, demikian pula efek kecanduannya
(adiksinya) lebih lemah. Kodein biasa dipakai dalam obat batuk dan obat
penghilang rasa nyeri. Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat menimbulkan
rasa sering mengantuk, perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara sendiri, kecenderungan
untuk melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata
mengecil, mual, susah buang air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat
ini diputus, akan timbul hal-hal berikut: sering menguap, kepala terasa berat,
mata basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil,
dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan
menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek
tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.
d)
Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika.
Kokain diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca).
Zat ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek merangsang
jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka
bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung
bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis
lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian.
e)
Sedativa dan
Hipnotika (Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil
BK dan magadon digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian
sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis
besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya
adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun,
bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya
maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah,
berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang. Jika
pemakaiannya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, banyak
bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, napas lambat,
kesadaran turun, pingsan dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat
menimbulkan kematian.
f)
Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman
tembakau. Namun, orang biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat
murninya, melainkan secara tidak langsung ketika mereka merokok.
Nikotin yang diisap pada saat merokok dapat menyebabkan
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat
meningkatkan risiko terserang kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak, gelembung
paru-paru melebar (emphysema), risiko terkena penyakit jantung koroner,
kemandulan, dan gangguan kehamilan.
g)
Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi)
sejumlah bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini
sudah dikenal manusia cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol adalah untuk
mensterilkan berbagai peralatan dalam bidang kedokteran. Alkohol yang
terkandung dalam minuman dapat berasal dari hasil fermentasi bahan minuman itu
sendiri (contohnya, alkohol yang terdapat dalam minuman hasil fermentasi sari
buah anggur) atau sengaja ditambahkan ke dalam suatu minuman olahan. Semua
jenis minuman yang mengandung alkohol (etanol), disebut minuman keras.
Berdasarkan kandungan alkoholnya, minuman keras dikelompokkan menjadi beberapa
golongan yaitu :
a)
berkadar etanol 1–5 %;
b)
berkadar etanol 5–20 %; dan
c)
berkadar etanol 20–50 %.
Tanda-tanda gejala pemakaian alkohol,
yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan muka kemerahan. Jika sudah
kecanduan meminum minuman keras, kemudian dihentikan maka akan timbul gejala
gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan jiwa. Jika overdosis
akan timbul gejala perasaan gelisah, tingkah laku menjadi kacau, kendali turun,
dan banyak bicara sendiri.
2.
Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupu sintetik, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika menurut tujuan penggunaan dan
tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 4 golongan, yaitu:
a) Golongan I,
psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
b) Golongan II,
psikotropika yang berkhasiat sebagai oba dan dapat digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
c) Golongan III,
psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
d) Golongan IV,
psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringa mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam
psikotropika, tetapi tidak semua psikotropika menimbulkan ketergantungan.
Berikut ini termasuk ke dalam golongan psikotropika, yaitu LSD (Lysergic Acid
Diethylamide) dan amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini
sudah meluas di dunia.
1) LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan
halusinasi (persepsi semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada).
Zat ini dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otototot yang semula
tegang menjadi rileks Penyalahgunaan
zat ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menderita frustasi dan
ketegangan jiwa.
2) Amfetamin
Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa
mengenai penjualan barang-barang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi
dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin.
Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak
diperoleh dari tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut
akan menimbulkan gejalagejala berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan
gembira berlebihan), banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan,
berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika overdosis akan
menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk, paranoid
(curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi,
kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan dapat mengakibatkan kematian.
Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan menimbulkan gejala putus obat
sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan mudah
tersinggung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari
mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul
serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi
yang ditemukan sehari- hari.
Kimia juga mempelajari pemahaman
sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan menerapkan pengetahuan tersebut
pada tingkat makroskopik.
Ilmu kimia sering disebut ilmu pusat
karena menghubungkan berbagai ilmu lain seperti fisika, ilmu bahan,
nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi.
Saat ini perkembangan ilmu kimia
sangat pesat dan telah memberikan andil yang sangat besar dalam kehidupan
manusia ilmu kimia telah menghantarkan produk – produk baru yang sangat
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
B.
Saran-
Saran
Melalui
makalah ini penulis memberikan saran kepada pembaca makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1.
Bahan untuk lebih mengetahui dan
memperluas pengetahuan mengenai pengertian serta manfaat ilmu kimia bagi
kehidupan sehari- hari.
2.
Penulisan makalah ini masih perlu
dilakukan perbaikan secara akurat agar hasilnya lebih sempurna, maka kami
meminta saran dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya makalah
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Soepono. 1995. Zat dan Energi.
Jakarta : Depdikbud.
Lukman, Cecilia. 1999. Ilmu
Pengetahuan Populer. Jakarta : PT. Widyadara Grolier Internasional Inc.
Lern, E. and Arbeitsbuch. 1998. Unwelt
Chemie. Ernest Klett Schulbuchverley.
http://zaky-goldenzero.blogspot.com/2011/09/ilmu-kimia-dalam-kehidupan-sehari-hari.html di download pada tanggal 21 desember 2012
http://dhinninuraeni.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html di download pada tanggal 21 desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar